KATOE.ID – Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Syahrul Fitra menilai perubahan iklim dan pemanasan global hari ini sudah mencapai titik krisis.
Syahrul melihat krisis iklim itu tampak dari tingginya kenaikan suhu panel antar pemerintah tentang perubahan iklim (IPPC).
Panel tersebut menunjukkan kisaran suhu berada pada 1,09 derajat dari tahun 1900.
Sementara ambang batas kenaikan suhu yang disepakati dalam COP Paris Agreement adalah 1,5 derajat celcius.
“Dampak dari perubahan iklim ini sudah mencapai titik krisis dan sudah dirasakan di berbagai aspek,” kata Syahrul saat memberi materi tentang Perubahan Iklim terhadap Bencana Alam di Sumbar.
Kemudian, Syahrul meprediksi kenaikan suhu bumi akan mencapai ambang batas apabila pengambil kebijakan tidak serius merespons kondisi ini.
Menurut pengamatannya, sampai saat ini pemerintah tidak serius dalam menanggapi isu krisis iklim. “Bisa jadi sebelum itu kenaikan suhu bumi akan melewati 1,5 derajat celcius,” ungkapnya.
Setiap tahunnya selalu terjadi kenaikan suhu bumi, dengan perubahan yang begitu ekstrem. “Dampaknya banjir ada dimana-mana, hampir jadi konsumsi setiap hari yang disebabkan perubahan iklim,” kata Syahrul.
Syahrul menambahkan bahwa kondisi itu disebabkan karena peran serta manusia yang mempengaruhi perubahan lingkungan. “Ini terjadi semakin masif setelah revolus industri,” ujarnya.
Terlebih lagi, sejak 1997 hingga saat ini, Syahrul menyebut bahwa kebakaran hutan terus terjadi di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
Kebakaran hutan begitu massif terjadi pada 2015 yang menghanguskan 2,6 juta hektar hutan di Indonesia. Sementara pada 2019 berdasarkan riset, lebih dari 3 juta hektar. “Kebakaran hutan ini mempengaruhi iklim kita,” pungkas Syahrul.
Sumber: jpnn