KATOE.ID – Aset bangunan milik pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Batanghari di Sekolah Dasar (SD) No 1/1 Kelurahan Pasar Muaratembesi, Kecamatan Muaratembesi raib tak tahu arah atau diduga diambil oknum pihak sekolah.
SD yang dikenal sebagai salah satu sekolah tertua di Muaratembesi dan sekolah yang sering kali terendam banjir pada saat musim penghujan yang sebelumnya memiliki bangunan gedung berbentuk panggung. Bahan material bangunannya pun rata-rata dari bahan kayu Bulian atau Ulin. Kini, bangun sekolah itu sudah menjadi bangunan permanen yang dibangun pada tahun 2021 melalui anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) rehab kelas.
Namun, usia proses pembangunan, banyak aset sekolah milik pemda Batanghari ini tidak dikembalikan kepada pemerintah. Menurut informasi dari salahsatu narasumber katoe.id yang tidak mau dicantumkan namanya mengatakan, banyak kayu bangunan lama yang merupakan aset daerah salah satunya kayu bulian tidak dikembalikan ke daerah, melainkan dibagi-bagi oleh pihak Sekolah.
“Ada kayu Bulian tiang bangunan SD itu masih sangat bagus dan masih sangat laku kalau dijual, karena kayu bulian itu sangat kuat apalagi kalau sudah berbentuk persegi seperti tiang bangunan SD. Tapi, tanpa tahapan lelang pemda, pihak sekolah hingga saat ini tidak mengembalikan aset bangunan lama,” ucapnya.
“Walaupun bekas, tapi kayu itu sangat kuat. Diperkirakan perbatangnya bisa laku Tiga Ratus sampai Rmpat Ratus Ribu Rupiah untuk ukuran tiangnya saja (Rp300 Ribu – Rp400 Ribu per Batang. Red),”ujarnya.
Selanjutnya, ditempat terpisah, salah satu tokoh masyarakat yang rumahnya tidak jauh dari SD mengatakan, sebagian kayu bekas SD itu diambil oleh masyarakat. Tapi itu kayu yang sudah tidak bagus seperti kayu di kelas 3.
“Kayu yang diambil oleh masyarakat itu kebanyakan kayu yang sudah tidak bagus lagi. Kayu yang masih bagus seperti tiang bulian, kayu kelat maupun kayu untuk atap itu sudah diamankan oleh pihak sekolah,” tuturnya.
Ia mengatakan, sehabis ruang itu dibongkar memang sudah ada kayu-kayu yang layak disortir oleh pihak sekolah. Dirinya mengira kayu tersebut dikembalikan ke aset daerah, atau diberikan untuk kepentingan masyarakat setempat.
“Saya kira kayu tersebut dikembalikan ke daerah sebagai aset daerah atau dilelang atau diberikan ke kelurahan untuk keperluan bersama, tetapi ternyata bagi-bagi untuk guru-guru,” jelasnya.
Selanjutnya salah seorang penjaga mesjid yang ada disebelah SD pun mengatakan sudah pernah meminta kayu yang akan digunakan untuk parkiran mesjid ke tukang yang bangunan, tapi yang dikasih hanya Tiga batang.
“Kami sudah pernah minta kayu Sepuluh batang untuk parkiran di mesjid, tapi yang dikasih hanya Tiga batang. Untuk apa lah Tiga batang itu, tidak bisa digunakan untuk apa-apa dan sekarang dibiarkan dihalaman masjid itu,” imbuhnya sambil menunjukkan ke arah kayu yang Tiga batang itu.
Ditempat yang berbeda pula, seorang warga pemilik mobil truk mengaku dibayar oleh guru SD untuk mengangkat kayu dan mengantarnya ke rumah-rumah mereka.
“Iya kemarin saya yang bawa kayu itu, tapi kayu yang bagian belakang, kalau bagian depan saya tidak tahu,” ucapnya.
Ia mengatakan, muatan kayu yang dibawa banyak dan bak truk itupun penuh. Dan ia mengira kalau kayu sebanyak itu bisa untuk bangun satu rumah. “Bak mobil itu penuh lah bang, kalau saya perkirakan itu dapatlah buat satu rumah,” pungkasnya
“Tetapi kayu tersebut tidak untuk satu orang, saya mengecernya ke tiga rumah guru,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala SD 1/1 Pasar Muaratembesi, Maryono saat di mintai keterangan tentang Aset bangunan SD melalui pesan singkat Whatshapp, dirinya mengatakan kalau aset tersebut dirinya sudah menyerahkan kepada Gusdi yang merupakan salah satu anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang juga merupakan suami dari Kepala SD di Simpang Teratai Kecamatan Muarabulian.
“Sudahlah capek bapak, Bapak minta tolong sekali, capek Bapak. Itu bukan kami yang mengelola, Aset itu bulan kemarin Gusdi yang menyelesaikannya da. Jadi pesan beliau kalau ada kawan yang nanya Aset itu, suruh nelpon dia,” sebutnya melalui pesan WA Jumat, (25/03/2022).
“Gusdi yang rumahnya di Teratai itu, yang isterinya kepala sekolah Teratai itu. Gusdi itu keluarga angkat saya, karena waktu sekolah dulu saya tinggal di rumah dia,” pungkasnya. (Ck)