KATOE.ID – Seperti kembali ke masa anak-anak atau bernostalgia masa-masa kecil dahulu saat Hesnidar atau Hesti Haris memainkan beberapa permainan tradisional.
Mulai dari permainan cengklek, gasing, kelereng hingga main hadang langsung dicoba oleh Ketua TP PKK Provinsi Jambi saat di kegiatan Tour Museum dan Pengenalan Permainan Tradisional yang diselenggarakan oleh mahasiswa dari Komunitas Jejak Budaya Jambi bersama Batanghari Heritage di Museum Siginjai, Jambi, Rabu (23/03/22).
Didampingi Kepala Museum, Ketua TP PKK Provinsi Jambi mengatakan permainan tradisional merupakan suatu kegiatan yang penting bagi perkembangan anak di usia dini dikarenakan memiliki banyak manfaat.
“Zaman dulu, permainan tradisional ini menjadi permainan pemersatu di kampung-kampung. Tapi, saat ini banyak anak-anak yang sibuk sendiri-sendiri dengan gadget-nya (Gawai.Red),” kata Hesti.
Permainan yang pernah dimainkan oleh sebagian generasi milenial khususnya pemuda dari kampung dan belum tentu dimainkan oleh generasi Z, Hesti berkeinginan permainan tradisional ini kembali jaya oleh generasi sekarang.
“Permainan tradisional yang mengasikan ini perlu dibangkitkan lagi sebab permainan ini adalah pembentukan karakter karena bagaimana kita menjadi yang tangguh, bagaimana kita belajar teliti, berani dan mengasikan ini,” sebut Hesti.
Untuk merealisasikan hal tersebut, Hesti mengajak pemuda Jambi kembali mem-viral-kan permainan tradisional ini. “Kita viralkan kembali, biar anak-anak beralih lagi ke permainan ini. Kita akan sosialisasikan bahwa permainan yang bergerak seperti ini baik per tim maupun perorangan ini sangat baik untuk anak-anak bagi perkembangan motorik anak. Daripada kita berikan gedget kepada anak sepanjang waktu,” jelasnya.
Terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh para mahasiswa ini, Hesti mengapresiasinya karena telah memberikan contoh yang baik sehingga mempermudah menularkan asiknya permainan tradisional. “Banyak permainan tradisional, budaya tradisi yang perlu kita bangkitkan kembali. Di museum, semua alat permainan tradisional ada untuk segala umur. Ayo kita ke museum,” pungkasnya.
Sementara itu, Ferdy Al Qosari dari Jejak Budaya Jambi, mengatakan sebelum kegiatan pengenalan alat permainan tradisional ini, para peserta melakukan tour museum, atau mengunjungi museum untuk melihat dan mengenal benda atau informasi sejarah yang ada di Jambi.
Ia mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan ini tujuannya untuk memperkenalkan kepada masyarakat secara luas. “Meski saat ini pesertanya baru 40 mahasiswa, kedepannya kami akan membuat kegiatan secara besar lagi,” ujarnya.
Di era digital ini, kegelisahan atas keberadaan permainan tradisional tentunya Ia rasakan. “Sekarang eksistensi permainan tradisional sudah berkurang. Banyak anak-anak yang tidak mengenal lagi permainan tersebut. Di era digital banyak anak-anak ketergantungan dengan handphone-nya,” sebutnya.
Namun, dengan memanfaatkan digital pun Jejak Kebudayaan Jambi ini juga akan terus mensosialisasikan dan mempromosikan permainan tradisional melalui sosial media. “Dengan menggunakan sosial media, setidaknya kita memberitahu kepada masyarakat khususnya anak-anak. Untuk secara teknisnya, kita bisa lakukan secara langsung kedepannya,” pungkasnya.
Sama seperti yang dikatakan Hesti bahwa “permainan tradisional merupakan permainan pemersatu”, Sidgi Hamdi dari Batanghari Heritage juga menyatakan permainan tradisional ini menyatukan kita secara langsung.
“Memang banyak di dunia digital yang melatih kekompakan tapi itu hanya secara virtual jadi sensasi permainan itu berbeda,” ujarnya.
Menurutnya, Mahasiswa memiliki peran sangat penting ditengah masyarakat, sehingga sangat membantu dalam menyebarluaskan permainan tradisional,” pungkasnya.
Museum Tepatnya Belajar dan Bermain
Museum, menjadi salah satu ruang publik untuk belajar khususnya tentang sejarah. Menurut Hesti, di Museum Siginjai Jambi, masyarakat bisa mengenal sejarah, aset budaya, budaya tradisi dan bisa bermain asik.
“Museum adalah tempat belajar, semakin banyak pengunjung ke sini, akan ditingkatkan fasilitasnya. Tentunya ini yang dilakukan oleh pemerintah. Ayo kita ke museum, karena museum adalah tempat segala umur. (Alpin.R)