KATOE.ID – Pasca hujan lebat pada Rabu sore (15/06/22) kemarin, banyak video dan foto yang menyoroti bangunan gedung baru UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang terletak di Mendalo, Kabupaten Muarojambi terendam banjir. Padahal, bangunan gedung tersebut merupakan Mega proyek yang masih dikerjakan oleh PT Waskita Karya Tbk.. dengan menelan anggaran lebih dari Rp500 Miliar.
Video yang diambil dari ketinggian itu memperlihatkan dengan jelas genangan air dari badan jalan hingga ke bangunan gedung di sisi kiri depan kampus UIN. Salah satu gedung terendam dengan air cukup tinggi.
“(Air) sudah memasuki ruangan, sebentar lagi tenggelam kayaknya deh,” ujar seorang perempuan perekam video.
Dia mengarahkan kamera ke lokasi-lokasi yang terendam. Secara sarkas, dia menyebut genangan air tersebut “Thai tea” gratis.
Dilansir dari metrojambi.com, Seorang saksi mata, M Yudha, menyebut banjir yang dimulai sekitar pukul 16.00 WIB menyebabkan jalanan di depan kampus UIN Mendalo terendam dengan kedalaman air 1 meter lebih. “Sekali ini parah nian, Bang,” ujarnya.
Kawasan ini memang menjadi langganan banjir, namun tidak pernah separah ini. Dia menyebut, saluran air dan box culvert di depan kampus tak mampu mengalirkan air, sehingga menggenang di dalam kampus UIN.
Selama banjir, kemacetan tak terelakkan. Antrian kendaraan dari arah Simpang Sungaiduren dan dari arah Jambi tampak mengular. “Kayaknya, macet total dari UIN sampai ke Simpang Rimbo,” ujar Yudha.
Seorang pegawai UIN STS yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan, gedung tersebut terendam air setinggi 1 meter setelah diguyur hujan sekitar 30 menit. Katanya, banjir disebabkan oleh box culvert di depan kampus tidak berfungsi normal. Selain itu, drainase sekitar gedung baru tersebut juga belum selesai. “Memang posisi tanah di gedung baru itu rendah,” tambah pegawai ini.
Diketahui, gedung-gedung baru yang dibangun dengan anggaran jumbo di kampus UIN STS Mendalo adalah bagian dari megaproyek peningkatan perguruan tinggi Islam di Indonesia yang dikenal dengan sebutan SBSN 6in1.
Artinya, proyek ini didanai dengan skema Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Disebut 6in1 karena skema pendanaan tersebut dijalankan untuk enam perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Selain UIN STS, proyek serupa didapat oleh UIN Antasari Banjarmasin, UIN Imam Bonjol Padang, UIN Raden Intan Lampung, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, dan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Awalnya proyek ini bernama The Development and Improvement of Six Islamic Higher Education Institutions Project yang akan didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) sebesar USD 288.000.000 (sekitar Rp 4,2 triliun).
Namun IsDB membatalkannya. Kementerian Agama lalu menggencarkan lobi untuk tetap melanjutkannya melalui skema SBSN secara multiyears (tahun jamak) 2019-2022. Sesuai kontrak, nilainya menjadi Rp 3,3 triliun.
Media sosial UIN STS menyebut bahwa kampus tersebut mendapat alokasi Rp 500 miliar lebih. Dana sebanyak itu antara lain dianggarkan untuk pembangunan gedung perkuliahan, perkantoran, lahan parkir, jalan, dan lain-lain, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko dan Direktur Dikti dan Iptek Kementerian Bappenas Tatang Muttaqin sempat mengunjungi proyek ini pada 4 April 2022.
Kepada para pejabat pusat tersebut, Rektor UIN STS Su’aidi menyatakan, dengan bertambahnya fasilitas tersebut, UIN akan membuka sejumlah prodi baru, seperti kedokteran, arsitektur, sains informasi geografis, halal tourism serta bisnis digital.
Rektor juga menyampaikan rencana pendirian rumah sakit, lembaga konservasi taman satwa, dan sport center. Dia menyatakan akan meningkatkan kualitas SDM pengelolaan gedung dari SBSN tersebut melalui pelatihan.
Per Maret 2022, Rektor menyebut progress proyek tersebut sudah mencapai 89 persen.
(**)