KATOE.ID – Ketua TP PKK Kabupaten Merangin, Hj Lavita Syukur, menegaskan bahwa tekuluk merupakan simbol budaya yang sangat identik dengan batik khas Merangin. Hal itu disampaikannya saat membuka Lomba Pemasangan Tekuluk dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional 2025, yang digelar di depan Kantor Dinas Kominfo Merangin, Sabtu (4/10/2025).
“Dengan mencintai batik, para pelaku UMKM di Merangin akan semakin sejahtera menuju Merangin Baru 2030,” ujar Hj Lavita Syukur, didampingi Wakil Ketua TP PKK, Hj Emi Minarsih Khafidh.
Menurut Hj Lavita, setiap lipatan tekuluk memiliki nilai seni tinggi dan makna filosofis mendalam. Ia menekankan bahwa tata cara pemasangan tekuluk tidak bisa dilakukan sembarangan, karena memiliki simbol sosial tersendiri.
“Pemasangan tekuluk pada gadis berbeda dengan pada ibu rumah tangga atau janda. Setiap bentuknya memiliki arti dan pesan moral yang khas,” jelas istri Bupati Merangin itu.
Lomba Tekuluk Meriahkan Hari Batik Nasional 2025
Acara Lomba Pemasangan Tekuluk berlangsung meriah dengan diikuti 50 peserta dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Merangin.
Plt Kepala Dinas Kominfo Merangin, Akhoi AS, menyebut pihaknya menurunkan tiga pegawai untuk mengikuti lomba tersebut.
“Alhamdulillah, saat tampil ketiganya mendapat respon luar biasa dari penonton dan juri,” ujar Akhoi.
Dewan juri menilai peserta berdasarkan durasi maksimal tujuh menit, kerapian lipatan (40 persen), dan larangan penggunaan jarum sebagai perekat.
Setelah melalui proses penjurian, hasil akhir menetapkan:
- Juara 1: Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XXVII Dandim 0420/Sarko
- Juara 2: Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Merangin
- Juara 3: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Merangin
Fashion Show Busana Daerah Ikut Warnai Perayaan
Selain lomba tekuluk, peringatan Hari Batik Nasional 2025 di Merangin juga diramaikan oleh Fashion Show Busana Daerah yang diikuti 50 peserta dari berbagai instansi. Para peserta tampil percaya diri berlenggak-lenggok di atas catwalk mengenakan busana khas daerah yang penuh warna dan makna.
“Kegiatan ini bukan hanya sekadar perlombaan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya lokal dan wujud kecintaan masyarakat terhadap batik serta tekuluk,” tutup Hj Lavita Syukur.
(**)













