KATOE.ID – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mendesak masyarakat internasional untuk tidak meninggalkan warga Al Fasher di Sudan, yang telah lebih dari 500 hari hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan akibat konflik bersenjata.
Kepala Delegasi ICRC untuk Sudan, Daniel O’Malley, menyampaikan bahwa sekitar 260.000 warga, termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak, kini terjebak di wilayah tersebut dengan akses terbatas terhadap makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
“Selama 500 hari terakhir, apa yang dialami masyarakat Al Fasher benar-benar bencana. Mereka hanya bisa makan sekali sehari dan mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan air yang bahkan tidak layak minum,” kata O’Malley dalam pernyataannya, Sabtu (4/10/2025).
Tenaga Medis Bekerja di Bawah Ancaman
O’Malley menggambarkan kondisi para tenaga medis lokal yang bekerja di bawah tekanan besar, dengan sumber daya yang sangat minim.
“Mereka bukan hanya bekerja, mereka melakukan keajaiban untuk menyelamatkan nyawa sambil melindungi diri mereka sendiri,” ujarnya.
Selain di Al Fasher, situasi serupa juga terjadi di wilayah Kordofan, di mana penduduk terus berpindah karena garis depan pertempuran yang tidak stabil.
Seruan untuk Tegakkan Hukum Kemanusiaan Internasional
ICRC menegaskan bahwa situasi di Sudan telah melampaui batas kemanusiaan dan menyerukan semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional (international humanitarian law).
“Kita harus mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan dalam situasi yang sudah sangat tidak manusiawi. Negara-negara harus menegakkan hukum kemanusiaan internasional dan mencegah krisis ini semakin memburuk,” tegas O’Malley.
Seruan Mendesak untuk Dunia
ICRC menutup pernyataannya dengan menyerukan tindakan segera dari masyarakat internasional agar krisis kemanusiaan di Sudan tidak semakin parah.
“Rakyat Al Fasher tidak boleh ditinggalkan. Rakyat Kordofan tidak boleh diabaikan. Rakyat Sudan tidak boleh dilupakan. Tindakan harus diambil — dan harus sekarang juga,” pungkas O’Malley.
(**)













