KATOE.ID – Sejak 1980-an, Perubahan iklim menyebabkan suhu bumi menjadi yang tertinggi. Kedati demikian, krisis iklim dan pemanasan global sudah diperbincangkan dari tahun ke tahun, anak kelahiran 2020 rupanya yang mengalami Krisis iklim terbesar.
Save the Children dalam “Born into the Climate Crisis” melaporkan, krisis iklim di Indonesia membawa dampak yang dirasakan anak-anak saat ini. Data laporan tersebut menyatakan, anak-anak di Indonesia yang lahir tahun 2020 berisiko menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan, serta 3 kali lebih banyak gagal panen dibandingkan orang kelahiran 1960.
Krisis iklim salah satunya dipengaruhi aktivitas manusia yang memicu perubahan iklim. Save the Children mencatat, perubahan iklim tersebut berisiko membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang di Indonesia.
Lebih lanjut, peningkatan suhu bumi atau pemanasan global juga disebut memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak dalam berbagai bentuk. Berdasarkan tinjauan literatur oleh Save the Children Indonesia pada 2022, akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan selama El Nino. Sementara itu, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami cuaca kering ekstrim.
Sebelumnya pada 2019, jumlah pengungsi kekeringan Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) naik 6 kali dalam kurun satu tahun menjadi 139.746 jiwa.
Di Jawa Barat, catatan statistik tahun 2022 menyebutkan jumlah kejadian banjir mencapai 247 kali pada tahun 2021. Dari kejadian tersebut, korban meninggal dunia 20 orang, 282 mengalami luka. Sementara itu, 1.440.252 orang terdampak dan mengungsi, termasuk anak-anak.
Aksi Generasi Iklim
CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung mengatakan, jika kenaikan suhu dijaga tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, dampak perubahan iklim pada generasi mendatang dapat berkurang.
Ini artinya, kata Selina, kekeringan dapat berkurang sebesar 39 persen, banjir sungai 38 persen, gagal panen 28 persen, dan kebakaran hutan 10 persen.
“Investasi pada penurunan emisi seharusnya berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan upaya penurunan risiko dan meningkatkan kapasitas adaptasi pada anak. Untuk itu, Save the Children Indonesia menggandeng berbagai pihak, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk bersama-sama melakukan aksi adaptasi melalui Aksi Generasi Iklim,” kata Selina dalam keterangannya, Jumat (22/4/2022).
Ia menerangkan, Aksi Generasi Iklim merupakan gerakan bagi anak-anak dan keluarga, terutama yang terdampak langsung krisis iklim. Harapannya, anak-anak dan keluarga dapat berupaya bertahan hidup dan beradaptasi, di samping memperkuat sistem terkait penanganan perubahan iklim yang lebih berpihak pada anak.
Ranti, salah satu anak terdampak perubahan iklim menuturkan, ia belajar tentang dampak krisis iklim sebagai child campaigner Aksi Generasi Iklim hingga berdialog dengan pemangku kebijakan di daerahnya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Di gerakan tersebut, sambungnya, ia tergabung bersama anak-anak dari daerah terdampak langsung krisis iklim, seperti Jawa Barat, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
“Setelah mendapatkan penjelasan mengenai dampak krisis iklim, saya lebih sadar bahaya perubahan iklim yang kita rasakan hari ini. Sudah saatnya anak-anak ikut bergerak dan dilibatkan, karena kami yang akan merasakan dampak terburuk dari krisis iklim saat ini dan pada masa mendatang,” kata Ranti dalam peluncuran kampanye Aksi Generasi Iklim, Jumat (22/4/2022).
Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sri Tantri Arundhati mengatakan, gerakan oleh anak-anak dan orang muda ini sejalan dengan rekomendasi internasional terkait perubahan iklim.
“Inisiasi Aksi Generasi Iklim yang dilakukan oleh anak-anak dan orang muda berkontribusi pada program adaptasi perubahan iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hal ini juga sejalan dengan berbagai rekomendasi internasional tentang pentingnya melibatkan anak dan orang muda dalam upaya adaptasi,” pungkas Sri.
Sumber: detik.com