KATOE.ID – Di tengah meningkatnya angka perceraian di Indonesia, fenomena Tepuk Sakinah mendadak mencuri perhatian publik. Gerakan sederhana yang viral di media sosial ini kini ramai dipraktikkan oleh pasangan pengantin setelah ijab kabul, bahkan disebut sebagai cara baru untuk menyampaikan pesan moral tentang pernikahan dan keluarga.
Bukan sekadar tepukan tangan berirama, Tepuk Sakinah menyelipkan lirik-lirik singkat yang sarat makna, seperti doa lembut tentang cinta, kesetiaan, dan komitmen. Banyak yang menilai, cara ini merupakan bentuk dakwah kreatif yang menyentuh hati tanpa perlu ceramah panjang.
Namun, tak sedikit pula yang menanggapinya dengan senyum geli, menganggapnya hanya tren viral yang belum tentu berdampak nyata pada ketahanan rumah tangga.
Angka Perceraian Masih Tinggi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2024 terjadi 394.608 kasus perceraian di Indonesia. Angka tersebut menjadi pengingat bahwa pernikahan bukan sekadar soal cinta, tetapi juga terkait tantangan ekonomi, komunikasi, dan kesejahteraan keluarga.
Menanggapi hal itu, Menteri Agama RI, Nazaruddin Umar, menilai fenomena Tepuk Sakinah merupakan bagian dari upaya menyentuh akar persoalan keluarga melalui pendekatan yang lebih ringan dan menyenangkan.
“Insya Allah segala upaya kita lakukan. Kami hadir dengan program yang menyentuh akar persoalan keluarga,” ujar Nazaruddin Umar kepada awak media di Jakarta, Jumat (3/10/2025).
Viral di Medsos, Diterapkan dalam Prosesi Ijab Kabul
Fenomena Tepuk Sakinah menjadi viral setelah sejumlah pasangan membagikan momen mengharukan dan lucu saat melakukan tepukan itu setelah akad nikah. Beberapa penghulu bahkan memimpin langsung gerakan tersebut, menciptakan suasana hangat di tengah prosesi sakral.
“Ya, segala hal yang positif akan kita kembangkan. Yang negatif itu kita akan hilangkan,” tutur Nazaruddin.
Antara Edukasi dan Gimik
Kepala Biro Humas Kemenag, Thobib Al Asyhar, menjelaskan bahwa Tepuk Sakinah sejatinya bukan kewajiban bagi calon pengantin. Gerakan ini muncul sebagai metode edukatif untuk mencairkan suasana dalam Bimbingan Perkawinan (Bimwin) di Kantor Urusan Agama (KUA).
“Fungsinya adalah ice breaking agar suasana lebih ringan dan menarik,” ujar Thobib dalam keterangan resmi Kemenag, 27 September 2025.
Ia menambahkan, Tepuk Sakinah memuat lima nilai utama keluarga sakinah:
- Berpasangan
- Janji kokoh
- Musyawarah
- Saling cinta dan hormat
- Saling ridha
“Lewat cara sederhana, peserta diharapkan lebih mudah mengingat dan memahami nilai-nilai itu,” imbuhnya.
Meski demikian, Thobib mengingatkan agar Tepuk Sakinah tidak berhenti pada seremonial pernikahan semata, tetapi juga diikuti pembinaan keluarga berkelanjutan.
Makna di Balik Tepukan
Di balik gerakannya yang sederhana, Tepuk Sakinah menyampaikan pesan mendalam tentang kesetiaan, kasih sayang, dan tanggung jawab.
Lirik seperti “Berpasangan, berpasangan, berpasangan…” disusul dengan “Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh…” menggambarkan semangat untuk menjaga ikatan rumah tangga yang kuat dan saling menghormati.
Bagi sebagian pasangan muda, gerakan ini menjadi pengingat lembut bahwa pernikahan bukanlah akhir perjalanan cinta, melainkan awal perjuangan untuk saling memahami dan menjaga komitmen.
Refleksi di Tengah Tren Digital
Fenomena Tepuk Sakinah menjadi bukti bahwa pesan moral bisa dikemas dengan cara sederhana namun bermakna. Meski tak bisa menyelesaikan kompleksitas masalah rumah tangga, tepukan kecil itu menjadi simbol bahwa cinta perlu terus dirawat—dengan komunikasi, kasih, dan kesabaran. ***













