Oleh : Hendri Yandri
DUKU sebagai salah satu buah primadona masyarakat Jambi kini semakin berkurang, baik luas areal pertanamannya maupun jumlah produksi perbatangnya. Hal ini akibat tingginya serangan penyakit “mati meranggas” yang disebabkan jamur Phytophtora Palmivora sehingga banyak tanaman duku masyarakat mati. Jamur ini termasuk tular tanah, proses penyebarannya sangat cepat, sebab terbawa aliran air, udara, maupun benda apa saja yang bersentuhan dengan tanaman terkontaminasi penyakit.
Kepunahan tanaman duku dilaporkan terjadi didaerah hulu sungai Batanghari, mulai dari Bungo, Tebo, Sarolangun, Batanghari dan Muaro Jambi. Penelitian Prayudi ditemukan bahwa daerah Terusan dan Malapari sudah lama terserang penyakit ini, sehingga banyak tanaman duku yang mati. Karena penyakit mati meranggas ini ada dihulu, maka lambat laun akan tersebar kedaerah hilir seperti Selat dan Kumpeh dimana duku dari kedua daerah ini sangat terkenal legit dan gurih.
Sepanjang jalan menuju Candi Muaro Jambi, terlihat beberapa tanaman duku warga yang terserang penyakit mati meranggas, ditandai dengan daun berwarna kusam, kaku, kemudian menguning dan akhirnya gugur. Selanjutnya ranting dan dahan mulai mati, pada akhirnya tanaman duku mati meranggas. Selain disebabkan jamur Phytophthora palmivora, tanaman duku kini terserang oleh jamur karat. Bagian atas daun mulai menunjukan gejala terserang karat daun, berupa bintil-bintil berwarna coklat tua. Karat daun menyebar kebagian daun yang lain, sehingga warna daun duku berubah berwarna coklat. Karat daun menutupi permukaan daun duku, akibatnya fotosintesis menjadi terhalang. Jika terus dibiarkan tanaman duku tidak dapat memasak makanan bagi keperluannya, akibatnya nutrisi yang mestinya dikonsumsi oleh tanaman duku menjadi berkurang, tentu akan membuat pertumbuhan tanaman terganggu, dan pada akhirnya mempercepat kematian.
Guna mengatasi serangan jamur Phytophthora Palmivora dan karat daun, diperlukan beberapa langkah pengendalian :
Melakukan Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi merupakan langkah pemutusan interaksi antar tanaman yang terserang penyakit dengan tanaman sehat. Tanaman yang sakit dibongkar dan dibakar jauh dari lokasi pertanaman. Eradikasi diperlukan guna membunuh sumber penyakit, yakni jamur Phytophthora palmivora dan karat daun yang berada pada tanaman duku yang telah mati meranggas. Sementara sanitasi adalah usaha pembersihan lahan agar kelembaban disekitar areal tanaman duku tetap terjaga dengan baik sehingga menekan laju pertumbuhan jamur karena kelembaban yang tinggi membuat jamur patogen cepat berkembang.
Melakukan pemangkasan
Usaha lain dalam pengendalian penyakit mati meranggas ataupun oleh karat daun adalah pemangkasan tanaman. Tanaman duku perlu dipangkas agar tidak terlalu rimbun sehingga sirkulasi udara disekitar tanaman menjadi lebih bagus. Disamping itu, usaha pemangkasan dilakukan guna memacu pertumbuhan batang dan dahan yang sehat. Pemangkasan dahan dan cabang duku mutlak dilakukan agar muncul tunas baru serta membuang dahan atau cabang yang sudah tidak produktif. Pemangkasan sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan agar luka tanaman duku akibat pemangkasan cepat pulih.
Memberikan pupuk organik
Setelah pemangkasan dilakukan, petani perlu memberikan pupuk organik pada tanaman duku agar tumbuh normal dan sehat, sehingga penyakit dapat ditekan. Tanaman duku yang tumbuh dengan baik, biasanya lebih tahan dibandingkan tanaman duku yang tidak pernah diberikan pupuk tambahan. Apalagi hanya mengandalkan humus yang terbawa oleh luapan sungai Batanghari, padahal humus yang diharapkan tersebut sudah terkontaminasi oleh spora jamur. Oleh sebab itu memberikan nutrisi tanaman duku menjadi penting agar tanaman duku cepat pulih setelah dipangkas dan kembali tumbuh normal. Pemberian pupuk organik harus pupuk yang sudah matang, karena pupuk yang sudah matang lebih cepat diserap oleh tanaman duku.
Mengintroduksikan jamur antagonis
Duku yang sudah dipangkas dan diberikan pupuk organik perlu mendapatkan nutrisi lain yang berfungsi mencegah dan mengendalikan jamur penyebab mati meranggas dan karat daun. Nutrisinya adalah jamur antagonis. Disekitar areal tanaman duku biasanya juga ada jamur yang membantu petani dalam menekan serangan penyakit, jamur ini dikenal sebagai jamur antagonis, yakni jamur mengendalikan jamur. Penelitian Handoko 2014, menyebutkan bahwa peningkatan populasi mikroba antagonis dan jamur mikoriza Glomus sp. dapat menurunkan intensitas penyakit kanker batang duku (mati meranggas). Sementara Trichoderma harzianum dapat menekan perkembangan penyakit kanker batang duku, dan bila dikombinasikan dengan Glomus sp. dapat meningkatkan laju pertumbuhan bibit duku. Mikroba antagonis, Mikoriza, dan jamur Trichoderma harzianum merupakan jamur-jamur antagonis yang berfungsi menekan laju pertumbuhan Phytophthora Palmivora serta karat daun. Kompetisi antar kedua jenis jamur yang berbeda ini seperti monster yang memperebutkan makanan. Apabila kondisi jamur antagonis lebih kuat maka jamur penyakit mati meranggas dan karat daun dapat dikendalikan, sementara itu ada satu atau dua jamur Phytophthora Palmivora yang kuat, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam pengendaliannya.
Pemberian jamur antagonis disekitar areal tanaman duku sangat diperlukan agar populasi jamur antagonis semakin banyak dilapangan sehinga upaya pengedalian jamur Phytophthora palmivora dan karat daun berjalan lebih cepat dan tanaman duku kembali tumbuh dengan normal.
Empat metode diatas adalah langkah pengendalian yang dapat dilakukan oleh petani duku dilapangan sehingga areal tanaman duku terbebas dari serangan mati meranggas. Upaya lainnya tentu dengan memberikan pendampingan kepada petani duku oleh semua pihak yang peduli pada tanaman khas Jambi ini, sehingga tanaman duku dapat diselamatkan dari kepunahan.
* Penulis adalah Widyaiswara Kementerian Pertanian