KATOE.ID – Selain generasi milenial dan generasi X, generasi Z atau Gen Z merupakan harapan bangsa dalam menghadapi bonus demografi. Untuk itu, Gen Z tentunya harus memiliki kesehatan mental yang baik selain skill dan teknologi yang memumpuni.
Namu, Gen Z dilaporkan berisiko lebih tinggi alami gangguan kesehatan mental dibandingkan Generasi X dan milenial.
Menurut hasil Jajak Pendapat (Jakpat), sebanyak 59,1 persen glGen Z percaya bahwa mereka memiliki masalah kesehatan mental.
Diketahui, kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan manusia. Sebab kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial.
Hal tersebut ternyata mempengaruhi cara berpikir dan cara berperilaku. S
elain itu, kesehatan mental dapat membantu menentukan bagaimana seseorang mengatasi stres, bergaul dengan orang lain dan membuat pilihan yang sehat.
Generasi Z mengacu pada generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
Generasi ini adalah yang pertama tumbuh sepenuhnya terhubung ke Internet, tumbuh di dunia yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya.
Sementara itu, hasil yang dicatat untuk gen X berbanding terbalik dengan gen Z, dengan mayoritas (75,9 persen) melaporkan bahwa mereka tidak merasa memiliki penyakit mental.
Sementara itu, 24,1 persen sisanya menganggap dirinya memiliki masalah kesehatan mental.
Seperti Gen X, generasi milenial juga dianggap lebih bebas dari gangguan mental, terhitung 60,2 persen responden.
Sedangkan sisanya (39,8 persen) menyatakan merasa memiliki masalah kesehatan jiwa.
Sedangkan survei dilakukan secara online melalui aplikasi Jakpat selama 15 November 2022, jumlah responden yang berpartisipasi mencapai 1.870.
Pertanyaan survei adalah pertanyaan pilihan ganda, dan responden hanya dapat memilih satu jawaban.
Selain menganalisis persentase responden yang mengalami gangguan kesehatan jiwa berdasarkan kelompok usia, Jakpat juga menganalisis alasan masyarakat tidak pernah berkonsultasi dengan psikiater/psikolog.
Terkait dengan temuan survei bahwa mayoritas responden (75,6 persen) yang percaya bahwa mereka memiliki penyakit mental tidak pernah berkonsultasi dengan spesialis.
Sebagian besar responden (68,4 persen) menganggap biaya konsultasi mahal.
Untuk 32,5 persen lainnya tidak tahu untuk menghubungi profesional.
Sementara itu, 27,9 persen responden mengaku khawatir akan stigmatisasi orang lain.
Hal ini berkorelasi dengan 20,7 persen responden mengungkapkan rasa takut disebut gangguan jiwa.***