KATOE.ID – Banyaknya penambangan emas tanpa izin (PETI) di huluan sungai Batanghari membuat masyarakat sangat dengan dampak dari merkuri atau air raksa. Sebab, masyarakat di pinggiran sungai Batanghari hari masih bergantung dengan air di sungai tersebut dalam kesehariannya.
Namun, apakah masyarakat menyadari dan mengenal dampak dari merkuri tersebut dari dampaka kesehatan hingga dampak lingkungan?
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Keracunan merkuri merupakan masalah kesehatan yang disebabkan karena terkontaminasi, baik melalui mulut, kontak kulit atau inhalasi.
Agar kita tidak keracunan merkuri, ini ulasan singkatnya:
Penyebab Keracunan Merkuri
Banyak barang disekitar kita yang mengandung merkuri dalam berbagai bentuk. Paparan merkuri secara terus menerus akan menyebabkan keracunan dan berbagai masalah bagi kesehatan. berikut beberapa hal yang memiliki kandungan merkuri.
Kosmetik
Beberapa produk kosmetik memiliki kandungan merkuri, terutama produk kosmetik rumahan yang tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Umumnya merkuri terkandung pada pemutih kulit (baik krim maupun sabun), pembersih riasan mata dan maskara.
Obat-Obatan
Merkuri juga kerap digunakan sebagai obat-obatan dan beberapa alat kesehatan sebagai pengawet atau antibakteri. Umumnya merkuri terdapat pada antibiotik, manset tekanan darah, lensa kontak, amalgam gigi, obat tetes telinga dan mata, salep mata, salep ambeien, obat merah, nebulizer dan termometer.
Benda Elektronik
Sadar atau tidak, beberapa alat elektronik dan benda padat lain yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari mengandung merkuri. Antara lain adalah baterai, lampu neon, barang-brang antik, sparepart motor atau mobil, layar LCD—TV, laptop, atau smartphone dan lain sebagainya.
Seafood
Merkuri juga bisa masuk melalui makan, yang banyak terkandung dalam seafood atau makanan laut yang rentan terdapat merkuri. Beberapa kerang dan ikan tertentu, seperti tuna, marlin, hiu, tenggiri dan tidak, memiliki kandungan metil-merkuri. Ikan yang berada di puncak rantai makanan umumnya memiliki kandungan metil-merkuri yang jauh lebih besar.
Udara
Selain melalui makanan dan kontak kulit, merkuri juga bisa masuk melalui inhalasi atau pernapasan. Dunia industri adalah tempat yang paling banyak mengandung merkuri. Misalnya, asap dari pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi penghasil merkuri udara tertinggi.
Gejala Keracunan Merkuri
Gejala keracunan merkuri sangat bervariatif, mulai dari ringan, sangat berbahaya, bahkan beberapa orang tidak menimbulkan gejala sama sekali. Hal ini bergantung pada cara masuk, jumlah dan lama paparan merkuri. Selain itu, usia dan kondisi kesehatan seseorang secara umum juga turut menentukan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan.
Gejala yang ditimbulkan dapat menyerang sistem saraf, ginjal, jantung, paru-paru dan sistem kekebalan tubuh. Gejala pada sistem saraf yang muncul antara lain adalah sakit kepala, tremor, kesemutan (terutama pada kaki, tangan dan mulut), gangguan penglihatan, gangguan bicara dan mendengar, kelemahan otot, sulit berjalan, hingga hilang ingatan.
Penumpukan merkuri pada jantung dapat menyebabkan nyeri dada dan kardiomiopati atau kelainan otot jantung. Penumpukan merkuri pada ginjal juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika terhirup, merkuri dapat menyebabkan radang tenggorokan hingga gagal nafas, jika terdapat dalam jumlah besar. Sedangkan, paparan pada kulit dapat menyebabkan ruam dan peradangan.
Cara Penanganan Keracunan Merkuri
Cara terbaik menangani kasus keracunan akibat merkuri adalah meminta pertolongan medis. Meski demikian, tindak pencegahan bisa Anda lakukan dengan cara menghindari makanan laut yang banyak mengandung merkuri, menggunakan kosmetik yang terdaftar di BPOM dan menggunakan masker saat berada di wilayah dengan resiko tinggi paparan merkuri.
Demikian ulasan singkat tentang gajala, penyebab dan cara penanganan keracunan merkuri.
Bagi Anda yang bekerja di tempat yang rawan terpapar merkuri, pastikan Anda melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala guna mengidentifikasi sejak dini dan menghindari masalah kesehatan yang lebih serius muncul di kemudian hari. (**/Alpin.R)
Sumber: lampung.co