KATOE.ID – Bagi orang tua, tentunya tidak mau anak-anaknya menjadi anak yang pembangkang pada dirinya. Namun, dalam mendidik anak sering terjadi berbagai polemik terutama saat masa tumbuh kembang anak. Di usia tersebut, kadang anak berani melawan orang tua karena hal-hal yang tidak Ia setujui.
Tapi, yang harus dipahami oleh orang tua bahwa ketika kecil, anak belum memahami apa itu membangkang. Ia hanya berekspresi sesuai dengan apa yang ia rasakan. Namun, penanganan yang lamban atau tidak sesuai, bisa membuat sikap tersebut mendarah daging dan susah untuk diubah. Sehingga sampai anak remaja bahkan dewasa, anak terbiasa untuk melawan orang tuanya sendiri.
Untuk itu, orang tua harus memahami 4 faktor yang menyebabkan anak berani melawan orang tua.
1. Antara Orang Tua dan Anak Kurang Berkomunikasi
Kurangnya komunitas anatara orang tua dan anak menjadi faktor yang melatarbelakangi anak berani melawan orang tua. Orang tua harus tahu, bahwa segala persoalan bisa diatasi dengan adanya komunikasi. Tapi, masih ada juga beberapa anak yang kesulitan mengomunikasikan segala sesuatu kepada orang tuanya.
Hal tersebut bisa jadi disebabkan karena sedari kecil anak tersebut jarang diajak berkomunikasi atau bercerita oleh orang tuanya. Sehingga anak akan kesulitan mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Dapat terjadi pula ketika anak tumbuh ke masa remaja. Biasanya, hubungan anak dengan orang tuanya akan sedikit memiliki batas. Anak akan lebih memilah segala sesuatu yang harus disampaikan kepada orang tuanya dan banyak hal lain yang harus menjadi rahasianya sendiri.
Kerenggangan tersebut jika dibiarkan akan menciptakan rasa segan satu sama lain. Akhirnya, hubungan dan komunikasinya memudar dengan sendirinya. Komunikasi antara anak dan orang tua yang kurang, bisa membuat seorang anak malas untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.
2. Banyaknya kritikan dari orang tua
Kritikan berlebih yang berasal dari orang tua akan membuat anak merasa tidak nyaman dengan orang tuanya sendiri. Sebab, terlalu sering di kritik, anak akan menganggap bahwa orang tuanya tidak memahami apa yang ia sukai dan tidak menghargai apa pun yang ia usahakan.
Hal yang tidak mengenakkan tersebut jika berjalan dan dirasakan setiap hari, tidak mustahil akan merenggangkan hubungan antara orang tua dan anak itu sendiri. Alih-alih hormat dan patuh kepada orang tua, anak malah lebih memilih untuk melawan dari segala hal yang orang tua perintahkan.
Oleh karena itu, sebaiknya sebagai orang tua kita harus mampu percaya kepada anak dan membiarkan dia untuk memutuskan segala sesuatu yang akan jalaninya sendiri. Selain itu, kita juga harus memberi anak apresiasi sebagai bentuk menghargai segala bentuk usaha dan hal yang ia lakukan.
3. Lingkungan yang buruk
Lingkungan juga termasuk salah satu faktor terkuat yang membentuk anak menjadi pribadi yang bahkan jauh berbeda dari yang orang tuanya ajarkan.
Tumbuh dalam lingkungan yang memperlihatkan bagaimana orang lain atau anak seusianya melawan perintah orang tua, membuat anak menjadi merasa bahwa itu adalah hal yang boleh dan biasa.
Bahkan secara berkelanjutan anak yang tidak pernah melawan kepada orang tua akan mulai berani melawannya karena melihat teman-temannya seperti itu.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengawasi lingkup pergaulan anak, terutama dalam masa awal bersosialisasinya dengan orang lain.
Orang tua harus mampu menegaskan kepada anak beberapa hal yang boleh ia contoh dan hal lain yang tidak boleh dicontoh.
Hal yang lebih penting, sebisa mungkin orang tua harus berusaha dan memastikan bahwa anak tumbuh dalam lingkungan yang baik.
4. Terlalu dimanja
Faktor terakahir yang bisa menjadi penyebab anak berani melawan orang tua, yakni terlalu dimanja. Memanjakan anak dengan mengusahakan yang terbaik untuknya adalah hal yang baik dan memang menjadi impian semua orang tua. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, justru akan menimbulkan dampak yang terbalik.
Orang tua yang terbiasa menuruti segala yang anak ingingkan, membuat anak tidak belajar bahwa tidak semua hal bisa ia dapatkan. Jika anak tidak memahami hal tersebut, anak akan kesulitan mengelola emosi dan menerima keadaan yang tidak sesuai dengan yang ia inginkan.
Selain itu, anak juga akan kurang menghormati orang tua karena orang tua seolah tidak ada wibawanya. Orang tua yang hanya menjadi tempat untuk anaknya meminta, tanpa pernah memberinya arahan maupun penjelasan akan membuat anak memahami bahwa peran orang tua sebatas menyediakan apa yang anak inginkan.
Tidak adanya kebiasaan orang tua untuk menegur anak ketika salah, membiarkan anak salah dan belajar dari kesalahannya akan membuat anak tumbuh menjadi seorang yang tidak memahami kesalahannya sendiri.
Hal tersebut akan membuat anak menutup telinga untuk mendengarkan saran atau nasihat dari orang lain. Sekalipun hal tersebut dilakukan oleh orang tuanya sendiri. (**/Alpin.R)