KATOE.ID – Setiap menjalankan suatu aktivitas, manusia tentunya merasa kelelahan. Namun, rasa lelah bagi seseorang yang menjalankan pekerjaan profesi pilot dan lainnya perlu diperhatikan dengan serius karena menyangkut keselamatan para penumpang.
Berlandaskan keselamatan penumpang, British Airline Pilots’ Association (BALPA), yang mewakili lebih dari 10.000 pilot di Inggris, memperingatkan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi kinerja para pilot dan kopilot di dalam suatu penerbangan.
Oleh karena itu, BALPA mengisyaratkan agar para pilot terlebih dahulu menjalani tes kelelahan sebelum mengudara.
Tujuan dari diadakannya tes ini adalah untuk mencegah para pilot tertidur di ruang kokpit manakala tengah menerbangkan si burung besi.
Dikutip dari laman telegraph.co.uk, BALPA menginginkan setiap maskapai untuk menggunakan program komputer untuk memperkirakan tingkat kelelahan seorang pilot berdasarkan daftar penerbangan mereka – yang dibuat berminggu-minggu sebelum pilot bertugas.
Jam kerja yang panjang dan secara teratur melintasi zona waktu yang berbeda dipercaya berkontribusi besar terhadap kelelahan parah awak penerbang di dalam ruang kokpit.
Hal senada juga sebenarnya tertera pada regulasi yang disusun oleh European Aviation Standards Agency – badan yang mengatur jam kerja pilot, dimana seorang pilot tidak diijinkan untuk mengudara jika kondisi fisik mereka sudah terlalu lelah.
Namun sejumlah pilot mengklaim tetap mengudara kendati lelah, karena semisal ia membatalkan suatu jadwal penerbangan karena terlalu lelah, mereka khawatir akan dijatuhi hukuman atau bahkan yang paling buruk adalah kehilangan pekerjaan mereka.
Menanggapi hal ini, BALPA telah mengusulkan agar setiap maskapai penerbangan dapat menggunakan model berbasis komputer berdasarkan Karolinska Sleepiness Scale (Skala Kantuk Karolinska), sebuah studi yang digunakan untuk mengukur rasa kantuk seseorang.
Dr. Rob Hunter, kepala keselamatan penerbangan BALPA mengatakan bahwa seorang pilot berisiko untuk tertidur selama mengudara kecuali beban kerja mereka dapat dikelola secara lebih efisien.
“Mengapa hal ini menjadi sangat penting? Ambil contoh jika seorang pilot yang mulai kelelahan tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak bisa mengambil keputusan pada saat situasi darurat, tentu ini berbahaya bukan?” terang Dr. Rob.
“Peraturan tersebut ditulis untuk memberikan fleksibilitas yang besar bagi pihak maskapai, tetapi di sisi lain, itu akan memberi kemungkinan bagi mereka (pihak maskapai) untuk tetap mempekerjakan pilot yang tengah dilanda kelelahan yang hebat. Para regulator berpikir bahwa pihak maskapai dapat dipercaya untuk mengelola situasi ini, tetapi kami tidak,” tandasnya.
Kendati pengajuan proposal tentang tes kelelahan bagi para pilot ini mendapatkan dukungan besar dari berbagai pihak yang setuju.
Namun ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa mereka harus meninjau ulang wacana tersebut sebelum akhirnya dapat diimplementasikan di sektor aviasi global. **