KATOE.ID – Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperingatkan bahwa risiko infeksi virus cacar monyet lebih tinggi terjadi pada laki-laki gay dan biseksual.
“Kesadaran akan kenyataan ini sangat penting agar orang membuat keputusan berdasarkan informasi tentang kesehatan pribadi mereka dan kesehatan komunitasnya,” kata ahli epidemiologi CDC Dr. John Brooks dalam telebriefing Senin dikutip dari Fox.
Brooks menambahkan, meskipun virus cacar monyet bukan infeksi menular seksual tetapi dapat ditularkan melalui kontak pribadi, termasuk saat hubungan seks. Menurut CDC, sebagian kecil kasus cacar monyet juga terjadi di antara laki-laki gay.
Brooks menyarankan, siapa pun yang memiliki ruam atau lesi di daerah genital dan perianal perlu diperiksa kesehatan secara menyeluruh.
“Ingat, penyakit menular tidak peduli tentang perbatasan atau jaringan sosial. Beberapa kelompok mungkin memiliki peluang lebih besar untuk terpapar saat ini,” ujarnya.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa cacar monyet bisa mengenai siapa saja. Tidak hanya komunitas gay dan biseksual.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat lebih dari 90 kasus cacar monyet di belasan negara, termasuk Amerika Serikat. Sejauh ini, kasus tersebut ringan dan tidak ada kematian yang dilaporkan.
Mantan pemimpin departemen darurat WHO Dr David Heymann mengatakan bahwa wabah cacar monyet di Eropa tampaknya disebabkan oleh aktivitas seksual di rave di Spanyol dan Belgia.
Umumnya, infeksi cacar monyet itu menular dengan menyentuh atau digigit hewan liar yang terinfeksi. Tetapi WHO menilai bahwa wabah kali ini menjadi peristiwa yang sangat tidak biasa.
Meski begitu WHO memastikan kalau sebagian besar infeksi masih dapat dikendalikan. Gejala yang timbul akibat infeksi cacar monyet itu berupa demam, menggigil, ruam dan nyeri, hingga muncul lesi pada kulit.
Sumber: suara.com