Kementerian ESDM telah menjalankan pengujian laboratorium untuk biodiesel yang mengandung hingga 40 persen bahan bakar minyak sawit dalam biodiesel (B40). Sedangkan biodiesel B35, ditargetkan akhir bulan ini.
KATOE.ID – Pemerintah terus berupaya memenuhi komitmen penggunaan energi hijau. Salah satunya diwujudkan dengan pengembangan green diesel atau D100 sebagai bahan campuran bahan bakar nabati biodiesel atau mandatory biodiesel 40 persen. Upaya itu sudah sangat tepat. Laporan terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa kinerja ekspor bahan baku minyak diesel melambung kendati harganya turun drastis.
Mengutip dari laporan BPS, Jumat (15/7/2022), harga minyak kelapa sawit pada periode Juni 2022 hanya mencapai USD1.501,10 per ton atau USD1,50 per kilogram, turun 12,57 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Namun, secara tahunan (year on year/yoy) naik 49,45 persen.
Bila ditelaah lebih lanjut, data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyebutkan, harga tandan buah segar (TBS) petani mandiri di 22 provinsi rata-rata hanya Rp800 per kilogram (kg) per 14 Juli 2022. Padahal, normalnya harga TBS petani Rp3.500–4.500 per kg.
Harga komoditas itu masih relatif bagus, terutama di daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, dan Jambi yang masing-masing harganya ada di Rp1.050 per kg. Di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Sumatra Barat Rp900 per kg.
Adapun, di Aceh, Lampung, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat harga TBS hanya di kisaran Rp800–850 per kg. Rata-rata harga TBS di masing-masing daerah anjlok 40–65 persen.
Di tengah suramnya harga TBS, ekspor CPO Indonesia justru melesat pada Juni 2022. BPS melaporkan nilai ekspor USD26,09 miliar, naik 40,68 persen dibandingkan tahun lalu atau yoy dan 21,30 persen secara mtm.
Tingginya ekspor ditopang oleh minyak kelapa sawit yang mencapai USD2,46 miliar atau meningkat 862,66 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Terlepas dari kinerja komoditas CPO yang masih menjanjikan di tingkat pasar global, Indonesia tidak bisa terus terlena dengan situasi tersebut. Negara ini harus segera melangkah untuk mengamankan ketahanan energinya.
Bagaimana caranya? Indonesia mau tidak mau harus memiliki tekad yang kuat untuk energi hijau, salah satunya dengan mengembangkan green diesel atau D100 sebagai bahan campuran untuk program bahan bakar nabati biodiesel. Pasalnya, D100 tersebut mempunyai sifat yang sama seperti minyak solar.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo berharap, kelak pengembangan D100 dapat mendukung penerapan program mandatori biodiesel 40 persen. Apalagi perusahaan migas pelat merah, yakni Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi green diesel (D100).
“Kita perlu klarifikasi istilahnya biar masyarakat juga paham. Kalau biodiesel 100 persen mungkin maksimal di B40. Setelah itu harus ada campuran dengan D100 biar kualitasnya lebih bagus, mendapatkan bahan bakar yang lebih cocok dengan mesin sesuai minyak solar,” katanya, Senin (11/7/2022).
Lebih lanjut, Edi mengatakan, penggunaan B100 sebenarnya bisa saja dilakukan. Namun, penerapan B100 hanya dapat diimplementasikan untuk jenis kendaraan atau mobil dengan putaran rendah.
“Kalau kita gunakan D100 sangat mungkin jadi kita gunakan karena speknya sama dengan solar kalau gunakan D100 itu bisa,” katanya.
Sebelumnya, Pertamina memiliki target produksi green diesel (D100) hingga mencapai 100.000 barel per hari (bph). Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan beberapa kilang perseroan yang ada saat ini untuk merealisasikan target tersebut.
Namun, memang diperlukan investasi tambahan agar bisa mencapai target tersebut. Beberapa kilang yang akan dimodifikasi beberapa unitnya untuk mengolah green diesel, antara lain, Kilang Plaju (Sumatra Selatan), Kilang Cilacap (Jawa Tengah), Kilang Dumai (Riau), dan juga Kilang Balikpapan (Kalimantan Timur).
Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menargetkan implementasi campuran minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) 35 persen dalam biodiesel, yang dikenal sebagai B35, pada akhir bulan ini. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, implementasi B35 diharapkan dapat membantu menyerap kelebihan pasokan minyak sawit.
Indonesia yang merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia saat ini telah memiliki campuran wajib 30 persen bahan bakar berbasis minyak sawit dalam biodieselnya. Pemerintah telah mempertimbangkan untuk menaikkannya menjadi 35 persen atau 40 persen untuk mendukung harga buah kelapa sawit lokal.
Indonesia saat ini tengah berjuang memangkas persediaan minyak sawit, setelah larangan ekspor selama tiga minggu yang berakhir pada Mei 2022, untuk mengendalikan harga minyak goreng domestik. Seperti diketahui, larangan ekspor CPO yang diterapkan pemerintah sebelumnya telah meningkatkan stok dan membebani harga buah sawit di tengah puncak musim panen.
Dadan menjelaskan, Kementerian ESDM telah menjalankan pengujian laboratorium untuk biodiesel yang mengandung hingga 40 persen bahan bakar minyak sawit dalam biodiesel (B40). “Kami akan melakukan uji jalan untuk campuran biodiesel 40 persen atau B40. Untuk saat ini, B35 yang akan diterapkan,” kata Dadan.
Pada Kamis (7/7/2022), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pihak berwenang perlu melakukan upaya ekstra untuk memotong persediaan, dan tambahan 2,5 juta ton minyak kelapa sawit dapat diserap, jika Indonesia menerapkan B40.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan, stok minyak sawit Indonesia telah naik menjadi 6,2 juta ton setelah larangan ekspor. Menaikkan campuran biodiesel dari 30 persen menjadi 35 persen–40 persen memang merupakan salah satu opsi untuk meningkatkan harga minyak kelapa sawit.
Harga BBM biodiesel cenderung lebih stabil daripada BBM fosil pada umumnya. Hal tersebut disebabkan penentuan harga jual biodiesel yang dihitung berdasarkan harga CPO dan ICP.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral optimistis penerapan proyek B35 dapat mendorong serapan biodiesel naik 6,4 persen menjadi 10,8 juta kl di tahun ini. Menurut data Kementerian ESDM, serapan biodiesel hingga Juni 2022 telah mencapai 4,9 juta kilo liter (kl), setara 49 persen dari target akhir tahun, yakni 10,15 juta kl.
Serapan biodiesel diprediksi bisa melebih target akhir tahun, apalagi juga diikuti dengan penerapan penggunaan B35 di pasar secara resmi oleh pemerintah.
Penulis: Firman Hidranto
Sumber: indonesia.go.id