KATOE.ID – Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jambi menjadi salah satu peserta rapat koordinasi (rakor) yang diselenggarakan oleh Direktorat SMA Dirjen Paudasmen Kemendikbudristek RI terkait Program Identifikasi Siswa Rentan Putus Sekolah (SRPS) dan Pencegahan Siswa Putus Sekolah (SPS) jenjang SMA. Selain Jambi, peserta yang mengikuti rakor ini iyalah Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali dan Jogjakarta.
Program ini menjadi salah satu upaya normalisasi pendidikan di Indonesia akibat dampak Covid-19. Seperti laporan UNICEF, setidaknya ada sepertiga anak di dunia atau 463 juta anak yang mengalami kesulitan mengakses pembelajaran jarak jauh setelah kegiatan di sekolah dihentikan akibat Covid-19.
Kepala Disdik Provinsi Jambi, Misrinadi menilai, program tersebut menjadi sangat penting dan digarap segera. “Kita menyambut baik program tersebut, ini menjadi bagian sangat penting menyelamatkan genarasi muda dari ancaman putus sekolah, program ini juga sejajalan dengan Visi Gubernur Jambi,” ujar Misrinadi, yang dilansir dari ampar.id, Jumat (18/09/21).
Upaya pemerintah mengintervensi anak putus sekolah minimal tamatan SMA bukan tanpa alasan. Menurut Misrinadi, saat ini tantangan dunia kerja ditengah perkembangan teknologi begitu menatang.
“Jadi anak-anak jangan sampai putus sekolah dan hadirnya pemerintah yaitu mencerdaskan anak bangsa. Terkait pembiayaan itu tinggal lagi kebijakan pemerintah dan dinas, karena anak yang putus sekolah terkadang tidak serta merta tidak mampu sehingga perlunya deteksi dini,” ungkapnya.
Faktor anak putus sekolah, Misriandi menejelaskan, saat pandemi yang memaksa belajar daring (online) yakni Kondisi ekonomi, fasilitas belajar yang kurang mendukung, minat belajar menurun, Kecanduan game online.
Selanjutnya, untuk identifikasi dini pada siswa/i menjadi suatu hal yang penting dalam pelaksanaan strategi pencegahan anak rentan putus sekolah agar tidak putus sekolah. “Pendampingan dan kepedulian terkait siswa rentan putus sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru menjadi hal yang positif di mata wali siswa/i,” jelasnya.
Misrinadi menyampaikan, dalam waktu dekat Disdik sebagai Fasilitasi dan Advokasi pencegahan siswa rentan putus sekolah agar tidak putus sekolah yang bertujuan untuk mengidentifikasi akan berkoordinasi dengan seluruh kepala sekolah SMA di provinsi Jambi “kita optimis angka siswa putus sekolah akan terkendali,”ujarnya.
Menurut data Pusdatin, anak putus sekolah SMA di Jambi per Januari 2022 tercatat 203 siswa dari jumlah siswa 76.973 atau 0,26 persen. Angka tersebut mencatat Jambi tertinggi persentase anak putus sekolah dari 6 provinsi lain. (**/Alpin.R)